Senin, 21 Juli 2014

MINAT dan BAKAT

Ketertarikanku pada sebuah karya wartawan yang biasa disebut orang-orang "koran" telah ada sejak kecil... entah mengapa yang pasti sejak baru belajar membaca dulu... atau sekadar mengikuti atau mengulangi ucapan pembawa berita di televisi....

Ketertarikan akan koran diteruskan bahkan hingga saat ini, paling tidak setiap seminggu sekali harus membaca koran...

Dan entahlah juga ketertarikan akan koran membawaku eitssss membawa nasibku untuk menulis sebuah karya tugas akhir yang tetap saja tidak jauh-jauh dari ketertarikanku... apalagi kalo bukan koran.... Apa mungkin karena ketertarikan atau kebiasaanku sejak kecil ini membawaku untuk masuk ke jurusan pendidikan sejarah di Universitas Negeri Surabaya....

Awalnya tiada something yang very-very interest lah... tapi lama-lama cinta juga bahkan sangat cinta karena apa???? apalagi kalo bukan akan ketertarikanku pada koran yang menyatukan aku dengan jurusan yang aku ambil... Mengapa???? pertama selama ini koran-koran yang kubaca adalah update tiap hari sedangkan dari basic pendidikan S1 ini adalah koran-koran lama yang tidak semua orang mampu bahkan mau bercapek-capek ria berburu koran....

Yah koran yang diburu bukan sekadar memburu di pasar loak buku tapi eits tapi harus muter-muter hingga sudut kota bahkan keluar kota naik turun angkot, naik turun tangga yah namanya juga usaha.....





Sabtu, 26 April 2014

Kesedihanku

Dinding yg ku susun dari balok2 es...
Lama nian kususun...
Hingga kau hadir menyapa dg hangatmu...
Runtuh dindingku...

Kau sapa aku dg cerita cintamu...
kau peluk dan kau manja aku...
Dg peluhmu kau bahagiakanku.. 
Sungguh...
Kau perlahan menjelma dan merasuk dalam sukmaku... tubuhku...

Wangi tubuhmu selalu temani aq...
Senyum bibirmu menggetarkan jantungku...

Terlena..
Aku lupa...
Aku khilaf...
Ya... dosaku pada Tuhanku.... pada ibu bapakku...

Kau pintaku mengganti kata "aku dan kamu" yg ku lontarkan
Untuk menjadi sayank "mama dan ayah"
Kini kau pun demikian....
Kembali kau memintaku tuk mengganti "mama dan ayah" menjadi "aku dan kamu"

Remuk redam hati ini...
ku pendam saja dalam tangis sujud sembahku pada Tuhan... 

Kamis, 24 April 2014

Curcolll "Lelucon Hidup"

LUCUNYA HIDUPKU

Lelucon mana yang tak membuat orang tertawa??? Tapi ini bukannya tertawa malah “gregetne ati”,...
Seharusnya sejak lama telah kupikirkan masak-masak, bukan dengan pemikiran orang galau depresi berat karena ditolak jurusan pilihan... yup selama tiga hari menangis meraung-raung tidak makan dan kerjaannya cuma nangis meratap nasib...
Tapi sudahlah toh itu beberapa tahun yang lalu.... tapi pemikiran kepepet ini benar-benar membuat hidupku menjadi lelucon...  yang sampai sekarang seperti lingkaran setan yang membuat diriku seperti boneka yang harus bersedia melakonkan apa saja... Lelahnyaaaaaaaaaaaaa....
Tulisan ini sewaktu masih skripsweet yg tak kunjung selesai karena dperesi berat.... hehahehaheha... Ya Rabb...

Ya Rabb, maafkanlah aku (merasa jadi produk gagal total) yang bodoh dan bebal... ekspetasi yang terlalu “”high”” tak sebanding dengan kemampuannku yang seperti siput ini... lelucn dan lelucon... akan selamanya menjadi lelucon....

Curcolll UPSSS!!! T_T

Kutulis beberapa isian dari hati dan pikiran... yah terserahlah saking lelahnya perasaan ini...
Saat paling susah adalah mencoba belajar ikhlas... ikhlas tuk menjalani apa yang telah dipilihkan itu paling susah, jujur saja demikian. Belajar ilmu pengetahuan yang telah kugeluti selama ini tidaklah sedemikian sulitnya ketimbang belajar ikhlas... ikhlas ikhlas.... wujudmu itu seperti apa, kug susahnya sampai ingin mati saja...  Kalo diliat memang mudah ikhlas itu terdiri dari kata “I”, “K”, “H”, “L”, “A” “S”... susah bener hidupku...
Ikhlas atas apa yang telah ku ambil, yah meskipun karena banyak pertimbangan yang sangat menyudutkan dan memberatkan... susahnya pekkkkkk..... hufffft....
Ada cita-cita, yah masa kanak-kanak tapi percuma saja. Percuma bercita-cita bila hal itu harus kutumpas juga... ikhlas... ikhlas... ujung-ujungnya seret juga... hahahahah... kuliah lebih dari target “AKA MOLOR” yah depresi akutlah secara  ye secara hanya hati dan Tuhan yang tahu...
“Masa lalu biaralah masa lalu,,, jangan kau ungkit.... “ Kenapa aku????
Bukan jiwa dan bukan hidupku, setidaknya penilaian masa SMP itu terbukti dan aku mengalami depresi akut...
Ya Rabb... inikah jalanku??? Mengapa masih susah untukku belajar ikhlas???? Kupikir waktu itu, ketika ku kerjakan takkan sesulit ini ternyata aku terperosok dalam yah anggap saja black hole... hufffht ingin rasanya mengumpat seumur hidup....tak kuasalah diri ini menanggung semua sendiri???? lantas mengapa kesalahan ini harus aku yang memperbaiki??? Mengapa demikian???
Cukup... matikan saja,,, ambil saja sekalian... karena terlalu lelah....


PUISIKU

HIDUP MILIK SIAPAKAH???

Jemari mungil menyapa dunia
Tangan menggenggam berharap kan sahabat
Bukan dunia yg tak bersahabat
Tapi ia
Meronta
Ia bergolak pelan...
Terlambat...
Ini hidupnya...
Bukan...
Ia ini hidupnya...
Bukan....
Bukankah jika miliknya ia yg berhak???
Lantas milik siapa???
Jiwanya tergadai sejak ia menyapa mentari...
 Batinnya kan melebur bersama nestapa dalam seumur hidupnya???


PUISIKU

KARENA IA ADA DAN TAK Q PUNYA

Detakq , nafasq, langkahq milik siapa????
Aq??? Dia??? DIA????
Jelas bukan aq... tp Dia dan DIA
Bukan asa dan tak q pinta
Karena ada dan tak q punya
Apa???Bagaimana???  Mengapa????
Sudah... jangan  bertanya...
Karena ada dan tak q punya!!!

Ada tapi tak punya!!!
Laksana lakon yang mengikuti alur cerita????
Karena ia ada dan tak q punya!!!

Meronta dalam diam,..
Berteriak dalam kebisuan...
Adanya airmata....
Karena ada dan tak q punya

Adakah ia milikku???
Bukan... aq tak merasa
Karena yang q tw
Ia ada dan tak  q punya....

Milikkukah???
Bukan  ia ada tapi tetap tak q punya

Ia karmakan peran yg q gantikan...
Ia rebut jiwa hidupq untuk dirinya...
Karena aq bukan apa-apa
Ya benar
Karena ia ada dan tak pernah q punya dalam hidup


MY CERPEN,... Setelah sekian lama gg nulis....

Rasa di Balik Bayangan


Mentari pagi menyapa hangat, daun-daun basah karena embun, dan tanah tergenang air hujan semalam, Sisi tak beranjak dari tempat tidurnya, diam. Dia hanya memandang ke luar jendela. Hanya beberapa tetes air matanya yang cepat-cepat ia sekap.

“Si loe nggak mandi apa, jam berapa ni keburu siang ntar telat lohh, dihukum ama guru BP ntar!” Lian jengkel sekali pada adik semata wayang yang menurutnya amat sangat malas bangun pagi.

Sisi tak beranjak dari tempatnya, dia menghela nafas cukup panjang. Suara cempreng Kak Lian sudah biasa ia nikamti, bahkan saking hafalnya dia menghitung sampai angka 10. Kakaknya punya tabiat mengancam untuk mendobrak pintu pada hitungan ke-11. Kali ini Sisi menyerah pada hitungan ke-9 dengan tergopoh-gopoh dia keluar kamar dan segera mandi “tak cantik”. Acara bermalas-malas kali ini ia gagalkan karena ada ulangan harian Bu Yayuk, guru kimia ter-killer-nya.

Segera setelah berpakaian dia berpamitan kepada kedua orang tuanya, Sisi kali ini takut dengan ancaman guru kimianya yang tidak akan memberikan ulangan susulan pada siapapun yang tidak mengikuti ulangan ataupun datang terlambat. Meskipun di dalam hatinya penuh dengan konfrontasi antara logika dan perasaan. Perasaan fitrah untuk umat manusia tengah ia rasakan, tapi Sisi yakin ia tak akan pernah bisa mencicipi madunya pacaran. Orang tuanya melarang keras  untuk berpacaran sebelum lulus sekolah. Sisi sadar ia adalah harapan orang tuanya, tapi Sisi juga ingin seperti teman sebayanya yang merasakan suka dukanya cinta monyet.
***

Setibanya di sekolah, Sisi kembali di sambut rintik hujan. Sisi heran mengapa hari ini tak secerah kemarin saat ia belum mengenal apa itu cinta. Di balik jendela kelas, Sisi merunduk hanya matanya yang kecil yang tampak dari balik kerai kaca jendela. Sisi mengamati setiap lagkah yang menapaki tangga di depan kelasnya. Hatinya selalu berdebar manakala sesosok manusia yang ia anggap sangat seksi, tersenyum kepadanya ketika menapaki tangga.

Yah, Sisi tengah jatuh cinta pada dia, kakak kelas yang ia kenal ketika MOS SMA beberapa waktu lalu. Laki-laki tampan nan seksi di mata Sisi, ia terpesona sampai kedua bola matanya tak henti berkeliling mencarinya jika tak melihatnya di pagi hari. Sisi khawatir karena hampir jam masuk sekolah kakak pujaan hatinya tak kunjung melewati tangga keramat di depan kelasnya.

Sisi kali ini menyerah, ia kecewa pada perasaannya yang tidak mau ia kendalikan. Tapi bukan itu masalahnya, Sisi saat ini harus berjuang demi cita-citanya masuk ke jurusan IPA, dengan begitu ia mampu membuktikan bahwa ia pantas masuk di jurusan paling terpopuler di sekolahnya.  Ia tengah bersepakat dengan dirinya sendiri bahwa cita-cita dan masa depannya adalah yang utama.
***

“Si, loe kayak lagi sakit yah?? Apa mata gue aja yang lagi sakit?? Diem mulu Si loe hari ini!” Ipah teman sebangkunya membuka obrolan di jam istirahat siang.
“Ape sih lo pah, gue sih baik-baik ajah, tapi otak ma hati gue tuh yang lagi nggak sehat.” Sebisanya Sisi menimpali Ipah. Sisi tak mau menyakiti Ipah dengan mendiamkannya seharian ini. Lagian bukan salah Ipah jika Sisi sekarang seperti ini hanya masalah konfrontasi dalam dirinya yang membuatnya untuk malas hidup hari ini.

“Busyet bujupune, nih orang masih waras kagak. Kata orang di kampung gue kalo cinta ditolak, dukun nggak boleh bertindak Si. Yang boleh bicara cuman obat serangga ama tali rapia. Apa loe mau juga yang begituan Si??” perkataan Ipah menonjok dinding hati Sisi.

Tak kuat menahan diam Sisi pun memukul lembut pundak Ipah. Sisi tau kalo Ipah bermaksud baik, hanya ingin membuat suasana kembali seperti sediakala sebelum Sisi jatuh cinta. Dia hanya geleng-geleng kepala sambil mencerna setiap perkataan Ipah.

“Loe pikir gue mau bunuh diri. Kagaklah Pah, ni kata mama ama ayah Sisi ye, orang bunuh diri ntu arwahnya kagak bakalan diterima Tuhan. Sisi mah ogah ngawang terus sampai kiamat. Hahahaha” Ipah dan Sisi pun kembali tertawa bersama. “Loe tau nggak cowok yang suka nyengir waktu lewat tangga depan?”
“Yang mana Si, kan yang lewat tangga depan tuh satu sekolahan. Loe pikir gue satpam apa!”
“Noh cowok pirang yang dari negeri laskar pelangi, cowok seksi tu loo Pah! Yang bagian kerohanian Pah”
“Maksud loe itu Bang Anggit??”
“Siapa?? Anggit? Yakin loe Pah namanya Anggit, gue si nggak tau, yang gue tau dia anak XII IPA sama anak Rohis... Hehehehe” Sisi nyengir untuk menutupi keriangannya mengetahui nama pujaan hatinya.
“Kalo dari Sumatera ya Bang Anggit. Ni catet ye... Namanya tuh Anggita Rizki Setiawan Anak XII IPA-3, mw tau nomor handphonenya juga nggak??? Apa mau pin Bbnya???”
“Ia Ipah sayang mau, gue mau... cepetan nomornya berapa Ipah sayang???”
“Loe pikir gue apaan sampai tau segitunya... hahahaha Loe jatuh cinta ye Si?”

Muka Sisi sudah jadi kepiting rebus, yang dia lakukan hanya menggelengkan kepala saja. Sisi bahagia mendengar nama pujaannya. Sisi tak peduli dengan candaan Ipah terhadapnya karena yang ia inginkan saat ini adalah Sisi berkhayal bisa bersama Bang Anggit pulang pergi sekolah naik motor tuanya.
***

Di rumah Sisi terus tersenyum, suatu kejanggalan mengingat pagi hari dia tampak mendung tak bergairah. Sisi tak sabar menunggu untuk MABIT besok malam. Sisi terus berkhayal bisa membagun rumah tangga bersama Bang Anggit yang anak Rohis. Pasti bahagia dan nyamannya rumah dengan alunan suara qiroatilnya Bang Anggit. Sisi pun berkhayal akan memiliki anak-anak pirang yang lucunya bukan main. Mata genitnya Bang Anggit akan menurun ke anak-anaknya, Sisi juga menginginkan anak-anaknya akan berpipi cabby seperti dia. Mama dan kakaknya yang melihat kejanggalan pada diri Sisi pun sepakat untuk menginterogasi Sisi sampai dapat.
“Si anak mana yang nyantol di otak loe!” tampang garang Kak Lian dan mama membuat Sisi mengkerut diam tak banyak bicara. Lalu Sisi tersenyum dan berlalu dari keduanya.

Sisi tak mau ada yang membuyarkan lamunannya. Sisi tak mau ada yang menghancurkan mimpinya. Sisi hanya ingin bahagia menikmati masa remajanya ini dengan cinta monyet meskipun itu tak mungkin bagi Sisi. Sisi ingin sekali meskipun kata ingin akan berubah menjadi larangan dari kedua orang tuanya. Sisi pun menyadari keadaannya hingga ia rela cinta dengan caranya, memasuki dunia imajinasinya dan bercinta monyet dengan Bang Anggit laki-laki pujaannya.
***

Di acara MABIT, Sisi tak bisa diam, kedua bola matanya memutar terus mencari Bang Anggit. Hatinya kecewa, Sisi diam tak secerah kemarin siang. Sisi berusaha fokus mengikuti kegiatan, tapi apalah daya, hatinya terus memaksa Sisi untuk mencari sosok Anggit.

Sisi memutuskan menyerah, dia lelah mengikuti perasaannya. Dia mengakui logikanya yang lebih kuat tapi Sisi tetaplah remaja yang ingin merasakan madu dan racunnya cinta monyet. Di tengah lapangan basket, acara terakhir MABIT pada malam ini, dia terus berusaha mencari Anggit. Diputarinya lapangan basket yang konon katanya angker, dua bolamatanya tak berhenti hingga menemukan bayangan hitam di gazebo lantai 2. Sisi mengamati banyangan itu, dipastikannya bahwa ia adalah Anggit.

Tak sengaja mata Sisi beradu mata dengan mata Anggit, dalam hatinya berkata bahwa ini terakhir kalinya ia dipermainkan sebuah gejolak remaja. Ini terakhir kalinya dia memuaskan diri memandang pujannya hingga terbentuk sebuah puisi dan hanya hati Sisi yang tau.

Kala mentari datang menyapa
Kau hangatkan duniaku dengan senyum merekahmu
Kala mentari kembali ke peraduannya
Kau terangi malamku dengan khayalmu
Pangeran tampanku
Pesonamu meluluhkan duniaku
Tatapanmu seakan merengkuhku
Mendekapku dengan lembut
Semilir angin yang membawa getar cintaku
Ku tau diriku hanya sebuah bayangan
Bayang-bayang yang sampai esok pun takkan terlihat...